pandangan dan nilai masyarakat terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat
Perkembangan Nilai Budaya
terhadap Individu
Nilai budaya yang dianut
individu merupakan masukan nilai-nilai yang berasal dari era global yang sangat
luas. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang
namun tidak menghakimi apakah perilaku itu salah atau benar. Nilai pada individu
akan mengikuti perkembangan dan perubahan yang ada pada masyarakat. Sebagai
contoh makin maraknya sinetron di televisi yang menampilkan artis-artis dengan
pakaian yang agak terbuka maka akan mempengaruhi nilai-nilai budaya yang ada
pada individu. Dahulu di masyarakat terdapat nilai bahwa selayaknya mengenakan
pakaian yang menutup aurat. Begitu juga pada sapek lingkungan, bila individu
tersebut bergaul di lingkungan yang baik maka sikap baik juga yang akan
ditunjukkan dalam kesehariannya. Kini nilai-nilai itu mengalami pergeseran atau
perubahan yakni wanita telah dianggap lazim mengenakan pakaian yang mini.
Di era sebelum tahun 1990-an masih banyak wanita yang memliki rambut yang panjang (sampai lutut) namun pada kenyataannya akhir-akhir ini sudah sedikit sekali kita dapat menjumpai seorang wanita yang berambut panjang. Hal itu karena bila seorang wanita berambut panjang maka dianggap tidak fleksibel atau ribet dalam beraktifitas dan mungkin ada anggapan wanita berambut panjang sudah ketinggalan jaman.
Selama nilai-nilai itu mengalami perubahan yang masih relative positif maka tidak berdampak buruk bagi integritas individu itu sendiri dan begitu pula sebaliknya.
Di era sebelum tahun 1990-an masih banyak wanita yang memliki rambut yang panjang (sampai lutut) namun pada kenyataannya akhir-akhir ini sudah sedikit sekali kita dapat menjumpai seorang wanita yang berambut panjang. Hal itu karena bila seorang wanita berambut panjang maka dianggap tidak fleksibel atau ribet dalam beraktifitas dan mungkin ada anggapan wanita berambut panjang sudah ketinggalan jaman.
Selama nilai-nilai itu mengalami perubahan yang masih relative positif maka tidak berdampak buruk bagi integritas individu itu sendiri dan begitu pula sebaliknya.
Perkembangan Nilai Budaya
terhadap Keluarga
Keluarga menempati posisi
diantara individu dan masyarakat yang juga merupakan suatu system. Sebagai
system keluarga mempunyai anggota yaitu; ayah, ibu dan anak atau semua individu
yang tiunggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling
berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama.
Keluarga merupakan system yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra
sistemnya yaitu linkungan dan masyarakat dan sebaliknya sebagai subsistem dari
lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (suprasistem). Oleh
karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia
sebagai anggota masyarakat yang bernilai budaya positif.
Keluarga memiliki lima fungsi dasar yang telah diuraikan oleh Friedman (1986) sebagai berikut:
Keluarga memiliki lima fungsi dasar yang telah diuraikan oleh Friedman (1986) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif: berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan pelaksanaan funsi afektif tampak pada kebahagian dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan
konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
memenuhi fungsi afektif adalah:
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih saying dan dukungan dari anggota yang lain maka kemapuannya
untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam member hubungan dengan orang lain diluar keluarga.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling
menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga
anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.
2. Fungsi sosialisasi: sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar displin,
belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan
keluarga.
3. Fungsi Reproduksi: keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi: fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat
tinggal dan lain sebagainya.
5. Fungsi perwatan keluarga: keluarga juga berfungsi
untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan
kesehatan atau merwat anggota keluarga yang sakit.
Dari berbagai fungsi di atas
ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap keluarga lainnya, yaitu :
1. Asih adalah memberikan
kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan,pada anggotakeluarga sehingga
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dankebutuhannya.
2. Asuh adalah menuju
kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selaluterpelihara
sehingga memungkinkan menjadi anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial,
danspiritual.
3. Asah adalah memenuhi
kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri
dalam mempersiapkan masa depannya.
Perkembangan Nilai Budaya
terhadap Masyarakat
Nilai dan masyarakat memiliki
kaitan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Masyarakat akan terkoyak
bila nilai-nilai kebersamaan telah lenyap dari masyarakat itu. Perkembangan
nilai dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh warga masyarakat atau
bangsa yang memiliki nilai itu sendiri.
Nilai merupakan bagian yang sangat penting di masyarakat dan perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga masyarakat dianggap sah apabila sesuai atau serasi dengan nilai-nilai yang berlaku atau dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat. Misalnya suatu masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, maka bila terdapat anggota masyarakat yang selalu berbuat jujur dalam berperilaku sehari-hari di masyarakat maka ia akan di hormati oleh warga masyarakat itu sendiri. Namun sebaliknya, bila ia suka berbuat curang, tidak berkata sebenarnya maka warga masyarakat akan menjadikan ia sebagai bahan pergunjingan.Selama nilai-nilai itu mengalami perubahan yang masih relative positif maka tidak berdampak buruk bagi integritas masyarakat namun bila di masyarakat yang berkembang adalah nilai-nilai yang negative maka dapat mengancam kesinambungan masyarakat itu sendiri. Dulu kita sering mendengar bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kegotongroyongan, namun kini nilai-nilai itu telah bergeser menjadi nilai-nilai yang mengarah pada individualis, yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Kita juga punya nilai-nilai kepedulian sosial yang tinggi, namun kini telah mengalami pergeseran menjadi “cuek is the best”. Hal ini sangat berbahaya bila kita tidak mengantisipasinya. Jangan sampai integritas masyarakat terkoyak karena kita tidak mampu mengarahkan perkembangan atau perubahan nilai yang berlangsung di masyarakat.
Nilai merupakan bagian yang sangat penting di masyarakat dan perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga masyarakat dianggap sah apabila sesuai atau serasi dengan nilai-nilai yang berlaku atau dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat. Misalnya suatu masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, maka bila terdapat anggota masyarakat yang selalu berbuat jujur dalam berperilaku sehari-hari di masyarakat maka ia akan di hormati oleh warga masyarakat itu sendiri. Namun sebaliknya, bila ia suka berbuat curang, tidak berkata sebenarnya maka warga masyarakat akan menjadikan ia sebagai bahan pergunjingan.Selama nilai-nilai itu mengalami perubahan yang masih relative positif maka tidak berdampak buruk bagi integritas masyarakat namun bila di masyarakat yang berkembang adalah nilai-nilai yang negative maka dapat mengancam kesinambungan masyarakat itu sendiri. Dulu kita sering mendengar bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kegotongroyongan, namun kini nilai-nilai itu telah bergeser menjadi nilai-nilai yang mengarah pada individualis, yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Kita juga punya nilai-nilai kepedulian sosial yang tinggi, namun kini telah mengalami pergeseran menjadi “cuek is the best”. Hal ini sangat berbahaya bila kita tidak mengantisipasinya. Jangan sampai integritas masyarakat terkoyak karena kita tidak mampu mengarahkan perkembangan atau perubahan nilai yang berlangsung di masyarakat.
Hubungan Perkembangan Nilai Budaya Dengan Kesehatan
Masyarakat
Kebudayaan atau disebut juga
kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia sebagai warisan sosial yang
diperoleh individu dari kelompoknya. Pengetahuan tentang suatu kebudayaan
tertentu dapat digunakan untuk meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku
anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai
upaya mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat
turut berperan serta memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.
Dalam tiap kebudayaan terdapat
berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan. Di pedesaan masyarakat
jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya : Ikan) karena
menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas
tidak berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena justru
ikan harus dikonsumsi karena mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan
ibu nifas. Disinilah peran petugas kesehatan untuk meluruskan anggapan
tersebut.
Di daerah Langkat, Sumatera
Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas untuk melakukan mobilisasi selama
satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest total selama seminggu
karena dianggap masih lemah dan belum mampu beraktivitas sehingga harus
istirahat di tempat tidur. Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan
saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses penyembuhan setelah persalinan
akan terhambat. Hal ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa ibu
nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat pulih kondisinya. Dengan
mengetahui kebudayaan di daerah tersebut, petugas kesehatan dapat masuk
perlahan-lahan untuk memberi pengertian yang benar kepada masyarakat.
Di sisi lain ada kebudayaan
yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti kebudayaan yang berlaku
tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung dengan aspek kesehatan.
Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan tersebut. Tetapi
kadangkala rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran petugas kesehatan adalah
meluruskan anggapan tersebut. Sebagai contoh, ada kebudayaan yang menganjurkan
ibu hamil minum air kacang hijau agar rambut bayinya lebat. Kacang hijau sangat
baik bagi kesehatan karena banyak mengandung vitamin B yang berguna bagi
metabolisme tubuh. Petugas kesehatan mendukung kebiasaan minum air kacang hijau
tetapi meluruskan anggapan bahwa bukan membuat rambut bayi lebat tetapi karena
memang air kacang hujau banyak vitaminnya. Ada juag kebudayaan yang
menganjurkan ibu menyusui untuk amakan jagung goring (di Jawa disebut
“marning”) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak bertentangan dengan
kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka dia akan mudah haus. Karena haus
dia akan minum banyak. Banyak minum inilah yang dapat melancarkan air
susu.
Kebudayaan dan Pengobatan
Tradisional
Masing-masing kebudayaan
memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota masyarakatnya yang
sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa penyebab penyakit
adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat
mematikan kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua
penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka
menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang
mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia
menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna. Orang yang terkena
guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-masing suku
di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang
terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing
suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional
masing-masing untuk menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah
mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu
sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit tuberkulosis
maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan
tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat
Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh dimasukkannya benda asing
ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari pertolongan ke dukun. Dukun itu
biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan
maka Shaman akan mengeluarkan benda
asing itu dari tubuh pasien.
Implementasi hubungan sosial
budaya dan pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat
Nilai-nilai sosial
budaya banyak ditemukan pada tradisi-tradisi yang turun-temurun mempengaruhi
pola piker dan cara pandang kita dalam melakukan sesuatu, begitu juga
pengaruhnya dengan kesehatan masyarakat. Berikut beberapa contoh yang dapat
dijadikan pembanding seberapa besar pengaruh sosial budaya dalam praktik
kesehatan masyarakat.
a. Pengaruh social budaya pada saat kehamilan
1) Enggannya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada bidan di puskesmas atau
sarana kesehatan lainnya. Mereka lebih senang memeriksakan kehamilannya dengan
dukun kampung karena dianggap sudah terpercaya dan turun-temurun dilakukan.
Padahal, dukun kampung tersebut tidak memiliki pengetahuan standar dalam
pelayanan kehamilan yang normal.
2) Pada saat hamil, ibu hamil dilarang makan ikan, telur atau makanan bergizi
lainnya karena dipercaya akan menimbulkan bau amis saat melahirkan. Hal ini
sebenarnya tidak perlu dilakukan karena berbahaya bagi kesehatan ibu dan dapat
mengakibatkan ibu kekurangan asupan gizi akan protein yang terkandung pada
ikan.
b. Pengaruh sosial pada masa kelahiran
1) Pemberian kunyit atau bahan dapur lain pada tali pusar yang sudah dipercaya
turun-temurun. Kemudian, menekan tali pusar tersebut dengan logam. Hal ini
tidak boleh dilakukan karena sebenarnya akan mengakibatkan iritasi dan infeksi
kuman pada tali pusar bayi baru lahir.
2) Apabila proses persalinan yang ditolong dukun kampung menyebabkan kematian
ibu atau anak. Maka hal itu dianggap wajar karena dipercaya ibu hamil telah
melanggar pantangan yang diberikan oleh si dukun.
3) Plasenta bayi baru lahir,setelah di cuci hendak nya di injak dulu oleh
kakaknya jika bayi tsb memiliki kakak. Jika mempercayai mitos tersebut jika
tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga, jadi sebaik nya tidak
dilakukan.
4) Plasenta bayi di beri sisir,gula merah, kelapa,pensil,kertas,dan kembang
tujuh rupa kemudian di masukkan ke dalam kendi baru dikuburkan. Jika
mempercayai mitos tersebut ,jika tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada
keluarga. Jadi sebaik nya tidak dilakukan.
5) Pusar bayi yang puput di simpan dan jika bayi sudah besar,pusat tersebut
bisa jadi obat untuk bayi,caranya tali pusat di rendam dan di minum kan kepada
si bayi. Mitos seperti ini malah merugikan karna jika sampai terminum oleh bayi
maka akan membiarkan mikroorganisme yang ada di plasenta akan masuk ke tubuh
bayi.
6) Wanita- wanita Hausa yang tinggal di sekitar Zaria Nigeria utara, secara
tradisi memakan garam kurang selama priode nifas, untuk meningkatkan produksi
air susunya. Merka juga menganggap bahwa hawa dingin adalah penyebab penyakit.
Oleh sebab itu mereka memanasi tubuhnya paling kurang selama 40 hari setelah
melahirkan. Diet garam yang berlebihan dan hawa panas, merupakan penyebab
timbulnya kegagalan jantung. Faktor budaya disini adalah kebiasaan makan garam
yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah faktor pencetus terjadinya kegagalan
jantung.
c. Pengaruh sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan
1) Pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti
mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita,akan tidak puas hanya
dengan memberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu
penghalang dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu
mereka akan berfikir dan menerima.
2) Contoh lain dari Papua Nugini dan Nigeria. ”pigbel”
sejenis penyakit berat yang dapat menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman
clodistrium perfringens type C. Penduduk papua Nugini yang tinggal didaratan
tinggi biasanya sedikit makan daging. Oleh sebab itu, cenderung untuk menderita
kekurangan enzim protetase dalam usus. Bila suatu perayaan tradisional
diadakan, mereka makan daging babi dalam jumlah banyak tapi tungku tempat
masaknya tidak cukup panas untuk memasak daging dengan baik sehingga kuman
clostridia masih dapat berkembang. Makanan pokok mereka adalah kentang,
mengandung tripsin inhibitor, oleh sebab itu racun dari kuman yang seharusnya
terurai oleh tripsin, menjadi terlindung. Tripsin inhibitor juga dihasilkan
oleh cacing ascaris yang banyak terdapat pada penduduk tersebut. Kuman
dapat juga berkembang dalam daging yang kurang dicernakan, dan secara
bebas mengeluarkan racunnya.
3) Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya
berdasarkan anggapan mereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul.
Kalau mereka menganggap penyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural
atau magis, maka digunakan pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern
dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah fator ilmiah. Ini dapat merupakan
sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka
pilih berlawana denganpemikiran secara medis.
4) Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas
dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep,
sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu
pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah
tempat tidur yang ditutupi jaring tanpa membawa ke pelayanan kesehatan.
5) Banyak masyarakat pedalaman tidak mempercayai
kemampuan petugas kesehatan karena kurangnya informasi yang mereka dapatkan di
tempat terpencil. Mereka lebih senang melakukan ritual-ritual khusus saat
terserang penyakit daripada datang ke unit kesehatan terdekat.
6) Masih banyaknya masyarakat yang enggan melakukan
pencegahan kehamilan atau pelayanan Keluarga Berencana karena bertentangan
dengan budaya ataupun kepercayaan yang dianut. Sehingga mereka cenderung
memilih memiliki anak banyak. Hal ini sebenarnya merugikan karena dapat
menimbulkan ledakan penduduk dan ketidakseimbangan jumlah populasi masyarakat
di Indonesia dengan kesempatan kerja yang tersedia.
7) Masih minimnya kepedulian masyarakat tentang pemahaman
konsep sehat sakit. Mereka menganggap sakit adalah keadaan jika sama ssekali
tidak dapat melakukan aktifitas. Bahkan mereka tidak senang mencegah penyakit
melainkan hanya bersifat pengobatan sehingga seringkali baru dilakukan
pengobatan saat kondisinya parah sehingga tingkat kesembuhannya sangat kecil
Daftar
Pustaka
Wahyu, ramdani, M,Ag.,M,SI,ISBD(Ilmu sosial dasar).pustaka
setia.Bandung:2007
Soaleman,M.Munandar.Ilmu
Sosial Dasar dan Konsep Ilmu Sosial, Refika Aditama, Bandung:2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar