SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet) yang kita kenal dengan peristiwa
gametogenesis. Pada laki-laki sel kelamin dibentuk oleh testis, sedangkan pada
wanita dibentuk oleh ovarium. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan
oogenesis.
Ada dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Bila ada sel
tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru
melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai
agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses pembelahan
meiosis. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa mitosis menghasilkan sel
baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid
(2n) yaitu 23 pasang atau 46 kromosom , sedangkan pada meiosis jumlah kromosom
pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom.
Secara umum gamet atau sel
kelamin mengalami perkembangan melalui tingkatan sebagai berikut :
1.
Tingkatan sebagai calon
2.
Tingkat perbanyakan
3.
Tingkat pertumbuhan
4.
Tingkat pembelahan meiosis
5.
Pengeluaran sel kelamin
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian Spermatogenesis ?
2.
Bagaimana Proses spermatogenesis
?
3.
Bagaimana tahap-tahap dari
Spermatogenesis ?
4.
Apa sajakah faktor-faktor yang
mempengaruhi Spermatogenesis ?
5.
Apa pengertian
Oogenesis?
6.
Bagaimana proses
terjadinya Oogenesis?
7.
Hormon apa saja
yang berperan dalam proses Oogenesis?
C. TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian
Spermatogenesis
2.
Mengetahui proses Spermatogenesis
3.
Mengetahui tahap – tahap dari Spermatogenesis
4.
Mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi spermatogenesis
5.
Mengetahui apa
pengertian Oogenesis
6.
Mengetahui
bagaimana proses terjadinya Oogenesis
7.
Mengetahui hormon
apa saja yang berperan dalam proses Oogenesis
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SPERMATOGENESIS
1. PENGERTIAN SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis adalah proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Peralihan dari bakal sel
kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai
macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis
berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan
testosterone.
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus.
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat,
pada jaringan epithelium terdapat sel – sel spermatogonia dan sel sertoli yang
berfungsi memberi nutrisi
pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig
yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses
spermatogenesis.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat
dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada
saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250
lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel
germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk
membentuk sperma.
Pada tubulus
seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel
Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Pembentukan
spermatid (sel sperma) pada testis laki-laki disebut sebagai spermatogenesis.
Proses dimulai dari spermatogonium, yang secara genetik diploid. Spermatogonium
menghasilkan spermatosit primer (diploid) melalui mitosis. Hasil spermatosit
primer mengalami meiosis I menghasilkan dua sel haploid yang identik yang
disebut spermatosit sekunder. Setiap spermatosit lagi membagi melalui meiosis
II, untuk membentuk dua sel anak haploid yang disebut spermatid. Dengan demikian,
satu spermatosit primer menghasilkan empat spermatid haploid yang identik.
Dibutuhkan sekitar 6 minggu untuk membedakan spermatid menjadi spermatozoa
matang.
Pembentukan Spermatid
2.
PROSES
SPERMATOGENESIS
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi
atas tiga tahap yaitu :
a.
Spermatocytogenesis
Merupakan
spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang spermatosit primer akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia
merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis.
Spermatogonia
ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi.
Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid
Spermatosit
primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis.
Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
b.
Tahapan
Meiois
Spermatosit
primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit
sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian
membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis
pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah,
tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan
dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
c.
Tahapan
Spermiogenesis
Merupakan
transformasi spermatid menjadi spermatozoa
yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase
pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak.
Ketika
spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel
epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat
bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan
balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa
akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa
bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air
mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta
sel spermatozoa.
3.
TAHAP –
TAHAP SPERMATOGENESIS
Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus. Berikut adalah skema tahapan spermatogenesis.
Penjelasan
skema tahap spermatogenesis :
a.
Pada dinding tubulus seminiferus
telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
b. Setiap spermatogonia
melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya membentuk
spermatosit primer yang siap miosis.
c. Spermatosit
primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2 spermatosit
sekunder (n)
d. Tiap
spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2
spermatid yang bersifat haploid. (n)
e. Keempat
spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua
fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
f. Sperma yang
matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens- vesicula seminalis -
urethra dan berakhir dengan ejakulasi.
4.
FAKTOR –
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPERMATOGENESIS
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi spermatogenesis
sehingga bisa terjadi kemandulan:
1. Peningkatan suhu di dalam testis
akibat demam berkepanjangan atau akibat panas
yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma,
berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di
dalam semen.
Pembentukan
sperma yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5° (lebih rendah dari suhu
tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam
skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
2. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah
sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin,
spironolakton dan nitrofurantoin).
3. Penyakit
serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan
kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
4. Varikokel
merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria.
Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.Varikokel bisa
menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan
sperma.
B. OOGENESIS
1.
PENGERTIAN OOGENESIS
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam
ovarium. Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan sperma
dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu ovum matang
sekali waktu. Oogenesis dimulai dengan pembentukkan bakal sel-sel telur yang
disebut oogonia. Terjadi dalam organ reproduksi betina yaitu ovarium.
Mekanisme oogenesis sangat berbeda dengan
spermatogenesis, walaupun memiliki persamaan dalam proses meiosis. Diantara
kelahiran dan masa pubertas, sel-sel telur dalam hal ini oosit membesar dan
folikel disekitarnya tumbuh. Selanjutnya oosit primer mereplikasi DNA dan
memasuki profase meiosis I dan tidak berkembang lebih lanjut jika tidak
diaktifkan oleh hormon FSH (Follicle stimulating hormone).
Oogenesis adalah
pembentukan telur pada wanita. Biasanya, tahap awal oogenesis mulai pada tahap
embrio awal dan menyelesaikannya setelah pubertas. Produksi sel telur memiliki
pola siklik dan, biasanya terjadi sekali dalam sebulan. Oogenesis dimulai dari
Oogonium diploid dalam ovarium. Oosit primer yang dihasilkan dari oogonium oleh
mitosis selama tahap awal perkembangan embrio. Setelah pubertas, oosit primer
ini mulai mengkonversi ke oosit sekunder, yang haploid, selama meiosis I.
Kemudian selama meiosis II, oosit sekunder mengkonversi ke Ovum, yang juga
haploid. Selama kedua meiosis I dan II, sitoplasma membagi secara tidak merata,
menghasilkan dua sel berukuran tidak sama. Sel yang lebih besar menjadi sel
telur sementara yang lebih kecil menjadi badan kutub. Oosit sekunder dilepaskan
dari ovarium pada ovulasi.
Pembentukan
Telur
Seperti halnya
pada spermatogenesis, oogenesis pun memiliki tahap, diantaranya :
a.
Proliferasi (perbanyakan)
Tahap perbanyakan belangsung secara
berulang-ulang. Gametogonium membelah menjadi 2,2 menjadi 4,4 menjadi 8 dan
seterusnya. Sel benih primordial berdiferensiasi menjadi oogonium, lalu
mengalami proliferasi untuk membentuk oosit primer, siap memasuki periode
tumbuh. Padamamalia masa proliferasi terjadi dalam kandungan induk.
b.
Pertumbuhan
Pada pertumbuhan, oogonium akan
tumbuh membesar menjadi oogonium I. Pertumbuhan sangat memegang peranan
penting, karena sebagian besar dari substansi telur digunakan dalam
perkembangan selanjutnya. Diferensiasi juga terdapat pada periode tumbuh.
c.
Pematangan
Pada proses ini terdapat 2 kali
pembelahan meiosis. Setelah terjadi fase pertumbuhan, oogonium I mengalami
tahap pematangan, yang berlangsung secara meiosis. Akhir meiosis I terbentuk
oogonium II dan akhir meiosis II terbentuk ootid.
d.
Perubahan bentuk
Ootid dalam
fase terkhir akan mengalami perubahan bentuk (transformasi)menjadi gamet. Pada
mamalia, selesai meiosis I pada betina, terbentuk oosit II dan satu polosit.
Polosit jauh lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma sedikit sekali. Akhir dari
meiosis II akan terbentuk satu ootid dan satu polosit II. Sementara itu polosit
I membelah pula menjadi dua, tapi jarang terjadi karena berdegenerasi lebih
awal. Tiga polosit tersebut akan berdegenerasi lalu diserap kembali oleh tubuh.
Jadi pada betina oosit tumbuh menjadi 1 ovum.
2.
PROSES TERJADINYA OOGENESIS
a.
Sel-Sel
Kelamin Primordial
Sel-sel
kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus
vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada
minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium)
dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien
oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
b.
Folikel Primordial
Folikel
primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini
dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya
berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi
tidak satupun mencapai pemasakan.
Pada waktu pubertas satu folikel
dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang
disebut oosit primer.
c.
Oosit
Primer
Inti
(nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom
merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX.
Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua
kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
d.
Pembelahan
Meiosis Pertama
Meiosis
terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan
selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga
kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23
kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung
seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit
sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat
membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya
kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi
pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.
e.
Oosit
Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila
kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah
membentuk ootid yang akan
berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak, semua mengandung
bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami
degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami
perkembangan embrional.
3.
HORMON YANG BERPERAN DALAM OOGENESIS
Pada
wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis
hipothalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH
(gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon
FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone). FSH dan LH
menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon
estrogen dan progesteron. LH merangsang korpus luteum untuk
menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi. Pada masa pubertas,
progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. FSH merangsang ovulasi dan
meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan
folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi susu.
Mekanisme
umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus hipofisis ovarium. Tingginya
kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh hipothalamus.
Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat menstimulasi
(positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat (inhibitory/negatif
feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di hipofisis atau GnRH di
hipothalamus.
Berikut ini rincian
hormon yang berperan dalam oogenesis:
1. Hormon FSH (follicle stimulating hormone)
Berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
2. Hormon LH (leutinizing hormone)
Berfungsi merangsang terjadinya ovulasi
3. Hormon Esterogen
Berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder
4. Hormon Progesteron
Berfungsi
untuk menebalkan dinding endometrium.
C.
PERBEDAAN SPERMATOGENESIS DAN
OOGENESIS
No
|
Spermatogenesis
|
Oogenesis
|
1.
|
Pembelahan meiosisnya terjadi secara simetris
|
Pembelahan meiosinya terjadi secara asimetris
|
2.
|
Spermatogenesis terjadi tanpa henti
|
Oogenesisnya mempunyai periode istirahat yang penjang
|
3.
|
Menghasilkan 4 sel sperma fungsional
|
Menghasilkan satu sel telur fungsional dan 2 sel polosit
|
4.
|
Sel-sel asal sperma berkembang terus dan membelah sepanjang hidup laki-
lak, sehingga jumlahnya akan selalu bertambah
|
Ovariumnya mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi sel telur, sehingga
jumlahna akan selalu berkurang
|
D. PERSAMAAN
SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS
spermatogenesis
adalah pembentukn gamet jantan. oogenesis pembentukan gamet betina. scara umum
prosesnya sama yaitu melalui mitosis dan miosis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Spermatogenesis adalah Proses
pembentukan dan pemasakan spermatozoa. Spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus.
2.
Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang
bertujuan untuk membentuk sperma fungsional.
3. Tahap –
tahap spermatogenesis.
a. Pada dinding
tubulus seminiferus telah ada calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang
berjumlah ribuan.
b. Setiap
spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel somatisnya
membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
c. Spermatosit
primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2 spermatosit
sekunder (n)
d. Tiap
spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2
spermatid yang bersifat haploid. (n)
e. Keempat
spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang semua
fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional
4. Ada banyak faktor penyebab yang
memicu sperma pria menjadi encer, diantaranya:
a. Faktor
Suhu
b. Sering
melakukan masturbasi atau onani secara berlebihan
c. Suka
Mengenakan celana jeans atau celana dalam yang ketat
d. Mengalami
gangguan hormon seperti hormon testosteron dan kurangnya hormon FSH (Folicel
Stimulating Hormone ) dan berlebihnya hormon prolaktin
e.
Faktor psikologis
f. Kurangnya
konsumsi nutrisi dan segala jenis vitamin yang banyak mengandung
g. Keadaan
lingkungan
h. Keadaan
lingkunganGaya hidup yang tidak sehat dan kebiasaan buruk atau berlebihan
i. Riwayat
penyakit
j. Faktor usia
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal:
oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan,
yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua
oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap
pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan
oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah
secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut
berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan
sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa
pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I.
hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut
oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub
primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder
akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid
dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub
tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga
badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Berikut ini rincian hormon yang berperan dalam
oogenesis:
1.
Hormon FSH
(follicle stimulating hormone)
Berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
2.
Hormon LH
(leutinizing hormone)
Berfungsi
merangsang terjadinya ovulasi
3.
Hormon
Esterogen
Berfungsi
menimbulkan sifat kelamin sekunder
4.
Hormon
Progesteron
Berfungsi
untuk menebalkan dinding endometrium
B.
SARAN
Kami
selaku penulis, berharap semoga seluruh pembaca makalah tentang Spermatogenesis
dan Oogenesis ini dapat memahami bagaimana proses
Spermatogenesis dan Oogenesis terjadi. sehingga dapat
memberikan manfaat yang besar.
DAFTAR PUSTAKA