Bunga Sakura Berjatuhan

Minggu, 29 Mei 2016



TANDA BAHAYA PADA AWAL KEHAMILAN

1.        Kehamilan Mola Hidatidosa ( hamil anggur )
A.       Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak berkembang menjadi embrio, tetapi proliferasi tropoblast, dan ditemukan villi korialis yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang hipo vaskular atau avaskular, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
Ada juga yang mendefinisikan mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan, embrio mati, mola tumbuh dengan cepat, ukuran uterus membesar dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin ( HCG ).
Dan definisi yang lain dari mola hidatidosa yaitu disebut juga kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion ( chorionic villi ) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Ini merupakan bentuk neoplasma troblas yang jinak.
B.       Penyebab
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun diduga faktor penyebabnya adalah :
1.        Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
2.        Imunoselektif dari tropoblast
3.        Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4.        Paritas tinggi
5.        Kekurangan protein
6.        Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
C.       Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi ;
1.        Mola hidatidosa komplet ( klasik ), jika tidak ditemukan janin
2.        Mola hidatidosa inkomplit ( parsial ), jika disertai janin atau bagian janin
D.       Gejala dan Tanda
Pasien dengan adanya kehamilan mola hidatidosa ini akan memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :
1.        Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala seperti berikut :
a)        Terdapat gejala-gejala kehamilan muda yang lebih nyata dari kehamilan normal, misalnya mual muntah yang berlebihan
b)        Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum ( pusing, gangguan penglihatan, dan tekanan darah tinggi )
c)        Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak, tidak teratur
d)        Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
e)        Keluar jaringan mola ( seperti anggur ) yang merupakan diagnosis pasti, namun jaringan mola ini tidak selalu ditemukan
2.        Pada inspeksi ditemukan tanda dan gejala seperti berikut :
a)        Muka dan terkadang badan kelihatan lebih pucat atau kekuning-kuningan, yang disebut muka mola ( mola face )
b)        Jika gelembung mola sampai keluar, maka tanda ini akan kelihatan lebih jelas
3.        Pada palpasi ditemukan tanda dan gejala :
a)         Uterus membesar tetapi tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya
b)        Tidak teraba bagian-bagian ballotement janin dan gerakan janin
c)         Adanya fenomena harminica, yaitu fungsi fundus uteri yang turunketika darah dan gelembung mola keluar, namun akan naik kembali karena terkumpulnya mola dan darah baru
4.        Pada auskultasi ditemukan tanda dan gejala :
a)        Tidak terdengar DJJ
b)        Terdengar bising dan bunyi khas
5.        Pada tes kehamilan ditemukan kadar HCG yang tinggi
6.        Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda dan gejala :
a)         Rahim lebih besar
b)        Konsistensi lebih lembek
c)         Tidak ada bagian-bagian janin
d)        Terdapat perdarahan
e)         Teraba jaringan di kanalis servikalis dan vagina
7.        Pada foto rontgen abdomen tidak adanya kerangka janin ( pada usia kehamilan lebih dari 3 bulan )
8.        Pada pemeriksaan USG kehamilan adanya gambaran badai salju ( gambaran khas pada kehamilan mola ) dan tidak terlihat adanya janin
E.        Penatalaksanaan
1.        Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah: diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
2.        Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan :
a.         Evaluasi klinik dengan fokus pada riwayat haid terakhir dan kehamilan
b.        Perdarahan tidak teratur atau spotting
c.         Pembesaran abnormal uterus
d.        Pelunakan serviks dan korpus uteri
e.         Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urine
f.          Pastikan tidak ada janin ( ballotement ) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat hanifa wiknjosastro atau acosta sison
3.        Langkah pengosongan jaringan mola dengan segera
4.        Antisipasi komplikasi ( krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus )
Pengelolaan mola hidatidosa sebaiknya dilakukan dirumah sakit , adapun langkah-langkah pengelolaannya adalah ;
a.         Pengelolaan syok bila terjadi syok
b.        Transfusi darah bila terjadi Hb < 8 gr %
c.         Kuretase sebaiknya dengan vakum kuretase, kemudian dilanjutkan dengan sendok kuret yang tumpulsetelah terjadi pengecilan uterus dan harus dilindungi dengan oksitosin 10 iu dalam 500 ml dextrose 5 % apabila sondase uterus >12 cm
d.        Pasca kuretase diberikan ergometrin tablet 3x1 tablet/hari
e.         Pengamatan lanjut dilakukan untuk kemungkinan keganasan pasca mola hidatidosa, selama 1-2 tahun dengan jadwal sebagai berikut:
1)        1x1 minggu pertama selama 1 bulan ( 4x )
2)        1x2 minggu selama 2 bulan ( 4x )
3)        1x1 bulan selama 4 bulan ( 4x )
4)        1x3 bulan selama 1 tahun ( 4x ). Dilakukan sampai 2x pemeriksaan berturut-turut negatif
f.          Untuk tidak mengacaukan pengamatan, pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi kondom dan tidak hamil selama pengawasan.
2.        Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )
A.       Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim, misalnya dalam tuba , ovarium, rongga perut, serviks, partsinterstisialis tuba, atau dalam tanduk rudimenter rahim. Kehamilan ektopik dikatakan terganggu apabila berakhir dengan abortus atau rupture tuba. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi didalam tuba fallopi ( lebih dari 90 % ).
B.       Penyebab
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur ( ovarium ) ke rahim ( uterus ).
Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :
1.        Infeksi saluran telur ( salpingitis ), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur
2.        Riwayat operasi tuba
3.        Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang
4.        Kehamilan ektopik sebelumnnya
5.        Aborsi tuba dan pemakaian IUD
6.        Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom
7.        Bekas radang pada tuba, disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat
8.        Operasi pada tuba
9.        Abortus buatan

C.       Patofisiologis
Prinsip patofisiologisnya adalah adanya gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini :
1.        Kemungkinan “ tuba abortion “, lepas, keluar darah dan jaringan keujung distal (fimbrie) kerongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk kerongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba
2.        Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda
3.        Rupture dapatterjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian
D.       Diagnosis serta Gejala dan Tanda
Diagnosis serta gejala dan tanda klinis yang biasanya ditemui adalah sebagai berikut :
1.        Pada anamnesis ditemukan  tanda dan gejala amenore serta keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya
2.        Pada KET jika terjadi abortus tuba, maka kemungkinan keluhan tidak begitu berat, hanya ada rasa sakit diperut dan pengeluaran darah per vagina, yang kadang ditemukan oleh diagnosis abortus biasa. Namun, bila terjadi ruptur tuba, aka gejala akan lebih hebat dan dapat membahayakan jiwa ibu
3.        Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut seperti diiris-iris dengan pisau disertai dengan muntah dan bisa sampai jatuh pingsan
4.        Tanda-tanda akut nyeri abdomen dan pada pemeriksaan dalam adalah sebagai berikut :
a.         Adanya nyeri goyang porsio, yaitu nyeri hebat yang dirasakan ibu ketika porsio digerakkan/digoyangkan
b.        Douglas crise, yaitu rasa nyeri tekan yang hebat ketika kavim douglas ditekan
c.         Kavum douglas teraba menonjol karena adanya penumpukan darah
d.        Teraba massa retrouterin ( massa pelvis )
e.         Pervaginam keluar desisual cast
5.        Nyeri bahu karena adanya rangsangan kediagfragma
6.        Terdapat tanda cullen, yaitu adanya warna biru lebam pada linea alba atau sekitar pusat
7.        Pada pemeriksaan palpasi dan perkusi terdapat tanda-tanda perdarahan intra-abdominal
8.        Pada pemeriksaan HB serial ( diperiksa setiap 1 jam )  didapati penurunan kadar HB, selain itu juga terjadi leukositosis
9.        Cara lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa KET adalah dengan pemeriksaan diagnostic laparaskopi dan USG
E.        Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Pada laparatomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber pedarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan
Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukanapakah perlu dilakukan salpingektomi ( pemotongan bagian tuba yang terganggu ) pada kehamilan tuba.
Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG ( kuantitatif ). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belim terangkat
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula denagan transfusi, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan anti inflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.

3.        Hipertensi gravidarum
a.         Pengertian
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik ( meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu ). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.
1.        Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis pada penanganan hipertensi dalam kehamilan
2.        Tekanan diastolik mengukur tekanan tahanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien ( seperti pada tekanan sistolik )
3.        Jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau lebih, diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolik 110 mmHg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam.
Jika hipertensi pada kehamilan > 20 minggu, pada persalinan, atau dalam 48 jam sesudah persalinan, diagnosisnya hipertensi dalam kehamilan.
b.         Klasifikasi
1.        Hipertensi kronik
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan.
Dasar Diagnosis :
1)        Anamnesa :
a)        penglihatan
b)        Nyeri kepala
2)        Gangguan Pemeriksaan fisik
Tekanan diastolik > 90 mmHg
3)        Pemeriksaan penunjang
Protein urine ( - )
2.        Superimposed preeklamsi
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan
Dasar diagnosa
1)        Anamnesa
a.          Nyeri kepala
b.          Gangguan penglihatan
2)        Pemeriksaan fisik
Tekanan diastolic 90-110 mmHg
3)        Pemeriksaan penunjang
Protein urine < ++
3.        Pre eklamsia ringan
a.         Pengertian
Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan  atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
b.        Penyebab
Penyebab pre eklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “ maladaptation syndrome “ akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
c.         Gejala klinis
Gejala klinis pre eklamsia ringan meliputi :
1)        Hipertensi : sistolik / diastolik e” 140 / 90 mmHg
2)        Proteinuria : secara kuantitatif llebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 ( +2 ).
3)        Edema pada pretibia, dinding abdomen lumbosakral, wajah atau tangan
4)        Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia berat
d.         Pemeriksaan dan diagnosis
1)        Kehamilan 20 minggu atau lebih
2)        Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat ( untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit )
3)        Edema pada tungkai ( pretibial ), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai
4)        Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam kualitatif (++)
e.         Penatalaksanaan
Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklamsia ringan :
1)        Banyak istirahat ( berbaring tidur / miring )
2)        Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
3)        Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x 30 mg atau diazepam 3x2 mg per oral selama 7 hari
4)        Roborantia
5)        Kunjungan ulang setiap 1 minggu
6)        Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal
Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklamsia ringan berdasarkan kriteria : Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklamsia seperti  :
1)        Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut ( 2 minggu )
2)        Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia berat
Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka pre eklamsia ringan dianggap sebagai pre eklamsia berat. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
Perawatan obstetri pasien pre eklamsia ringan :
·           Kehamilan preterm ( kurang 37 minggu )
a)        Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm
b)        Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih
c)        Kehamilan aterm ( 37 minggu atau lebih ). Persalinan ditunggu sampai terjadi usia persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada tafsiran tanggal persalinan
d)        Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II
4.        Pre Eklamsia Berat
a.         Pengertian
Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
b.        Kriteria diagnostik
Ditandia oleh salah satu hal dibawah ini :
1)        Tekanan darah sistolik atau sama 160 mmHg atau diastolik lebih atau sama dengan 110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah rawat baring di rumah sakit
2)        Protein uria 5 gram atau lebih per 24 jam atas kualitatif positif 3 atau 4
3)        Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per 24 jam disertai dengan kenaikan kreatinin plasma
4)        Gangguan visus dan cerebral
5)        Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen
6)        Edema paru cyanosis
7)        Pertumbuhan janin intra uterin terlambat
8)        Adanya HELLP syndrome ( hemolisis, elevated liver function test and low platelet count )

c.         Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
1)        Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal
a)        Sedapat mungkin sebelum perawatn aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment ( NST & USG )
b)        Indikasi
1.        Ibu
-       Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
-       Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsia
-       Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan medika-mentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24 jam terapi medikamentosa tidak ada perbaikan
2.        Janin
-       Hasil fetal assesment jelek ( NST $ USG )
-       Adanya tanda IUGR
3.        Laboratorium
-       Adanya “ HELLP syndrome “ ( hemolisis dan peningkatan funsi hepar, trombositopenia ).
c)        Pengobatan medikamentosa yaitu :
1.        Segera masuk rumah sakit
2.        Tidur baring, miring ke satu sisi ( sebaiknya kiri ), tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam
3.        Infus dextrose 5 % dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc
4.        Antasida
5.        Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
6.        Pemberian obat anti kejang: diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40 mg dalam Dekstrose 10 % selama 4-6 jam atau MgSO4 40 % 5 gram IV pelan-pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 c untuk 6 jam
7.        Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IV
8.        Antihipertensi diberikan bila : tekanan darah sistolik e”180 mmHg, diastolik e” 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg . Dapat diberikan catapres ½ - 1 ampul IM dapat diulang tiap 4 jam , atau alfametildopa 3x 250 mg, dan nifedipin sublingual 5-10 mg

d)        Pengobatan Obstetrik
1.        Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
-       Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring
-       Seksio sesaria bila :
a)    Fetal assesment jelek
b)   Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi ( nilai bishop kurang dari 5 ) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin
c)    12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif
d)   Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria
2.        Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
-       Kala I
a)    Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria
b)   Fase aktif : amniotomi , bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria ( bila perlu dilakukan tetesan oksitosin )
-       Kala II
Pada persalinan per vaginam , maka kala II diselesaikan dengan partus buatan, amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang , bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
2)        Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal
a)        Indikasi : bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklamsia dengan keadaan janin baik
b)        Terapi medikamentosa : sama dengan terapi medikamentosa pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberika intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan .
c)        Pengobatan obstetri
1.      Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi
2.      MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklamsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam
3.      Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap terapi medikamentosa gagal dan harus diterminasi
4.      Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu MgSO4 20 % 2 gram intravenous.
d)        Penderita dipulangkan bila :
1.        Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklamsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari
2.        Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklamsia ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklamsia ringan ( diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu ).
5.        Eklampsia
a.         Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas yang ditandai dengan adanya kejang dan atau koma, sebelumnya didahului oleh tanda tanda pre eklampsia,
b.        Patofisiologis
Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.
c.         Gejala klinis
1)        Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas
2)        Tanda-tanda pre eklampsia ( hipertensi, edema dan proteinuria )
3)        Kejang-kejang dan/atau koma
4)        Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ
d.        Pemeriksaan dan diagnosis
1)        Berdasarkan gejala klinis
2)        Pemeriksaan laboratorium:
-       Adanya protein dalam urin
-       Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung
-       Fungsi hematologi atau hemostasis
e.         Penatalaksanaan
1)        Tujuan pengobatan :
-       Untuk menghentikan dan mencegah kejang
-       Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
-       Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
1.        Kehamilan Mola Hidatidosa ( hamil anggur )
A.       Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak berkembang menjadi embrio, tetapi proliferasi tropoblast, dan ditemukan villi korialis yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang hipo vaskular atau avaskular, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
Ada juga yang mendefinisikan mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan, embrio mati, mola tumbuh dengan cepat, ukuran uterus membesar dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin ( HCG ).
Dan definisi yang lain dari mola hidatidosa yaitu disebut juga kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion ( chorionic villi ) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Ini merupakan bentuk neoplasma troblas yang jinak.
B.       Penyebab
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun diduga faktor penyebabnya adalah :
1.        Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
2.        Imunoselektif dari tropoblast
3.        Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4.        Paritas tinggi
5.        Kekurangan protein
6.        Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
C.       Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi ;
1.        Mola hidatidosa komplet ( klasik ), jika tidak ditemukan janin
2.        Mola hidatidosa inkomplit ( parsial ), jika disertai janin atau bagian janin
D.       Gejala dan Tanda
Pasien dengan adanya kehamilan mola hidatidosa ini akan memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :
1.        Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala seperti berikut :
a)        Terdapat gejala-gejala kehamilan muda yang lebih nyata dari kehamilan normal, misalnya mual muntah yang berlebihan
b)        Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum ( pusing, gangguan penglihatan, dan tekanan darah tinggi )
c)        Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak, tidak teratur
d)        Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
e)        Keluar jaringan mola ( seperti anggur ) yang merupakan diagnosis pasti, namun jaringan mola ini tidak selalu ditemukan
2.        Pada inspeksi ditemukan tanda dan gejala seperti berikut :
a)        Muka dan terkadang badan kelihatan lebih pucat atau kekuning-kuningan, yang disebut muka mola ( mola face )
b)        Jika gelembung mola sampai keluar, maka tanda ini akan kelihatan lebih jelas
3.        Pada palpasi ditemukan tanda dan gejala :
a)         Uterus membesar tetapi tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya
b)        Tidak teraba bagian-bagian ballotement janin dan gerakan janin
c)         Adanya fenomena harminica, yaitu fungsi fundus uteri yang turunketika darah dan gelembung mola keluar, namun akan naik kembali karena terkumpulnya mola dan darah baru
4.        Pada auskultasi ditemukan tanda dan gejala :
a)        Tidak terdengar DJJ
b)        Terdengar bising dan bunyi khas
5.        Pada tes kehamilan ditemukan kadar HCG yang tinggi
6.        Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda dan gejala :
a)         Rahim lebih besar
b)        Konsistensi lebih lembek
c)         Tidak ada bagian-bagian janin
d)        Terdapat perdarahan
e)         Teraba jaringan di kanalis servikalis dan vagina
7.        Pada foto rontgen abdomen tidak adanya kerangka janin ( pada usia kehamilan lebih dari 3 bulan )
8.        Pada pemeriksaan USG kehamilan adanya gambaran badai salju ( gambaran khas pada kehamilan mola ) dan tidak terlihat adanya janin
E.        Penatalaksanaan
1.        Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah: diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
2.        Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan :
a.         Evaluasi klinik dengan fokus pada riwayat haid terakhir dan kehamilan
b.        Perdarahan tidak teratur atau spotting
c.         Pembesaran abnormal uterus
d.        Pelunakan serviks dan korpus uteri
e.         Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urine
f.          Pastikan tidak ada janin ( ballotement ) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat hanifa wiknjosastro atau acosta sison
3.        Langkah pengosongan jaringan mola dengan segera
4.        Antisipasi komplikasi ( krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus )
Pengelolaan mola hidatidosa sebaiknya dilakukan dirumah sakit , adapun langkah-langkah pengelolaannya adalah ;
a.         Pengelolaan syok bila terjadi syok
b.        Transfusi darah bila terjadi Hb < 8 gr %
c.         Kuretase sebaiknya dengan vakum kuretase, kemudian dilanjutkan dengan sendok kuret yang tumpulsetelah terjadi pengecilan uterus dan harus dilindungi dengan oksitosin 10 iu dalam 500 ml dextrose 5 % apabila sondase uterus >12 cm
d.        Pasca kuretase diberikan ergometrin tablet 3x1 tablet/hari
e.         Pengamatan lanjut dilakukan untuk kemungkinan keganasan pasca mola hidatidosa, selama 1-2 tahun dengan jadwal sebagai berikut:
1)        1x1 minggu pertama selama 1 bulan ( 4x )
2)        1x2 minggu selama 2 bulan ( 4x )
3)        1x1 bulan selama 4 bulan ( 4x )
4)        1x3 bulan selama 1 tahun ( 4x ). Dilakukan sampai 2x pemeriksaan berturut-turut negatif
f.          Untuk tidak mengacaukan pengamatan, pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi kondom dan tidak hamil selama pengawasan.
2.        Kehamilan Ektopik Terganggu ( KET )
A.       Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim, misalnya dalam tuba , ovarium, rongga perut, serviks, partsinterstisialis tuba, atau dalam tanduk rudimenter rahim. Kehamilan ektopik dikatakan terganggu apabila berakhir dengan abortus atau rupture tuba. Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi didalam tuba fallopi ( lebih dari 90 % ).
B.       Penyebab
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur ( ovarium ) ke rahim ( uterus ).
Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya adalah :
1.        Infeksi saluran telur ( salpingitis ), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur
2.        Riwayat operasi tuba
3.        Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang
4.        Kehamilan ektopik sebelumnnya
5.        Aborsi tuba dan pemakaian IUD
6.        Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom
7.        Bekas radang pada tuba, disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat
8.        Operasi pada tuba
9.        Abortus buatan

C.       Patofisiologis
Prinsip patofisiologisnya adalah adanya gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu
Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini :
1.        Kemungkinan “ tuba abortion “, lepas, keluar darah dan jaringan keujung distal (fimbrie) kerongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk kerongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba
2.        Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda
3.        Rupture dapatterjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian
D.       Diagnosis serta Gejala dan Tanda
Diagnosis serta gejala dan tanda klinis yang biasanya ditemui adalah sebagai berikut :
1.        Pada anamnesis ditemukan  tanda dan gejala amenore serta keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya
2.        Pada KET jika terjadi abortus tuba, maka kemungkinan keluhan tidak begitu berat, hanya ada rasa sakit diperut dan pengeluaran darah per vagina, yang kadang ditemukan oleh diagnosis abortus biasa. Namun, bila terjadi ruptur tuba, aka gejala akan lebih hebat dan dapat membahayakan jiwa ibu
3.        Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut seperti diiris-iris dengan pisau disertai dengan muntah dan bisa sampai jatuh pingsan
4.        Tanda-tanda akut nyeri abdomen dan pada pemeriksaan dalam adalah sebagai berikut :
a.         Adanya nyeri goyang porsio, yaitu nyeri hebat yang dirasakan ibu ketika porsio digerakkan/digoyangkan
b.        Douglas crise, yaitu rasa nyeri tekan yang hebat ketika kavim douglas ditekan
c.         Kavum douglas teraba menonjol karena adanya penumpukan darah
d.        Teraba massa retrouterin ( massa pelvis )
e.         Pervaginam keluar desisual cast
5.        Nyeri bahu karena adanya rangsangan kediagfragma
6.        Terdapat tanda cullen, yaitu adanya warna biru lebam pada linea alba atau sekitar pusat
7.        Pada pemeriksaan palpasi dan perkusi terdapat tanda-tanda perdarahan intra-abdominal
8.        Pada pemeriksaan HB serial ( diperiksa setiap 1 jam )  didapati penurunan kadar HB, selain itu juga terjadi leukositosis
9.        Cara lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa KET adalah dengan pemeriksaan diagnostic laparaskopi dan USG
E.        Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Pada laparatomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber pedarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan
Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukanapakah perlu dilakukan salpingektomi ( pemotongan bagian tuba yang terganggu ) pada kehamilan tuba.
Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG ( kuantitatif ). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belim terangkat
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula denagan transfusi, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan anti inflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.

3.        Hipertensi gravidarum
a.         Pengertian
Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik ( meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu ). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.
1.        Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis pada penanganan hipertensi dalam kehamilan
2.        Tekanan diastolik mengukur tekanan tahanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien ( seperti pada tekanan sistolik )
3.        Jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau lebih, diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolik 110 mmHg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam.
Jika hipertensi pada kehamilan > 20 minggu, pada persalinan, atau dalam 48 jam sesudah persalinan, diagnosisnya hipertensi dalam kehamilan.
b.         Klasifikasi
1.        Hipertensi kronik
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang sudah ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan.
Dasar Diagnosis :
1)        Anamnesa :
a)        penglihatan
b)        Nyeri kepala
2)        Gangguan Pemeriksaan fisik
Tekanan diastolik > 90 mmHg
3)        Pemeriksaan penunjang
Protein urine ( - )
2.        Superimposed preeklamsi
Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan diperberat oleh kehamilan
Dasar diagnosa
1)        Anamnesa
a.          Nyeri kepala
b.          Gangguan penglihatan
2)        Pemeriksaan fisik
Tekanan diastolic 90-110 mmHg
3)        Pemeriksaan penunjang
Protein urine < ++
3.        Pre eklamsia ringan
a.         Pengertian
Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan  atau edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
b.        Penyebab
Penyebab pre eklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “ maladaptation syndrome “ akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
c.         Gejala klinis
Gejala klinis pre eklamsia ringan meliputi :
1)        Hipertensi : sistolik / diastolik e” 140 / 90 mmHg
2)        Proteinuria : secara kuantitatif llebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 ( +2 ).
3)        Edema pada pretibia, dinding abdomen lumbosakral, wajah atau tangan
4)        Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia berat
d.         Pemeriksaan dan diagnosis
1)        Kehamilan 20 minggu atau lebih
2)        Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat ( untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit )
3)        Edema pada tungkai ( pretibial ), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai
4)        Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam kualitatif (++)
e.         Penatalaksanaan
Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklamsia ringan :
1)        Banyak istirahat ( berbaring tidur / miring )
2)        Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
3)        Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x 30 mg atau diazepam 3x2 mg per oral selama 7 hari
4)        Roborantia
5)        Kunjungan ulang setiap 1 minggu
6)        Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal
Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklamsia ringan berdasarkan kriteria : Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklamsia seperti  :
1)        Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut ( 2 minggu )
2)        Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia berat
Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka pre eklamsia ringan dianggap sebagai pre eklamsia berat. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
Perawatan obstetri pasien pre eklamsia ringan :
·           Kehamilan preterm ( kurang 37 minggu )
a)        Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm
b)        Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih
c)        Kehamilan aterm ( 37 minggu atau lebih ). Persalinan ditunggu sampai terjadi usia persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada tafsiran tanggal persalinan
d)        Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II
4.        Pre Eklamsia Berat
a.         Pengertian
Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
b.        Kriteria diagnostik
Ditandia oleh salah satu hal dibawah ini :
1)        Tekanan darah sistolik atau sama 160 mmHg atau diastolik lebih atau sama dengan 110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah rawat baring di rumah sakit
2)        Protein uria 5 gram atau lebih per 24 jam atas kualitatif positif 3 atau 4
3)        Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per 24 jam disertai dengan kenaikan kreatinin plasma
4)        Gangguan visus dan cerebral
5)        Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen
6)        Edema paru cyanosis
7)        Pertumbuhan janin intra uterin terlambat
8)        Adanya HELLP syndrome ( hemolisis, elevated liver function test and low platelet count )

c.         Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklamsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
1)        Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal
a)        Sedapat mungkin sebelum perawatn aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment ( NST & USG )
b)        Indikasi
1.        Ibu
-       Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
-       Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklamsia
-       Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan medika-mentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24 jam terapi medikamentosa tidak ada perbaikan
2.        Janin
-       Hasil fetal assesment jelek ( NST $ USG )
-       Adanya tanda IUGR
3.        Laboratorium
-       Adanya “ HELLP syndrome “ ( hemolisis dan peningkatan funsi hepar, trombositopenia ).
c)        Pengobatan medikamentosa yaitu :
1.        Segera masuk rumah sakit
2.        Tidur baring, miring ke satu sisi ( sebaiknya kiri ), tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam
3.        Infus dextrose 5 % dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc
4.        Antasida
5.        Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
6.        Pemberian obat anti kejang: diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40 mg dalam Dekstrose 10 % selama 4-6 jam atau MgSO4 40 % 5 gram IV pelan-pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 c untuk 6 jam
7.        Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IV
8.        Antihipertensi diberikan bila : tekanan darah sistolik e”180 mmHg, diastolik e” 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg . Dapat diberikan catapres ½ - 1 ampul IM dapat diulang tiap 4 jam , atau alfametildopa 3x 250 mg, dan nifedipin sublingual 5-10 mg

d)        Pengobatan Obstetrik
1.        Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
-       Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring
-       Seksio sesaria bila :
a)    Fetal assesment jelek
b)   Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi ( nilai bishop kurang dari 5 ) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin
c)    12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif
d)   Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria
2.        Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
-       Kala I
a)    Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria
b)   Fase aktif : amniotomi , bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria ( bila perlu dilakukan tetesan oksitosin )
-       Kala II
Pada persalinan per vaginam , maka kala II diselesaikan dengan partus buatan, amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang , bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
2)        Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal
a)        Indikasi : bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklamsia dengan keadaan janin baik
b)        Terapi medikamentosa : sama dengan terapi medikamentosa pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberika intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan .
c)        Pengobatan obstetri
1.      Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi
2.      MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklamsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam
3.      Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap terapi medikamentosa gagal dan harus diterminasi
4.      Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu MgSO4 20 % 2 gram intravenous.
d)        Penderita dipulangkan bila :
1.        Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklamsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari
2.        Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklamsia ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklamsia ringan ( diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu ).
5.        Eklampsia
a.         Pengertian
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas yang ditandai dengan adanya kejang dan atau koma, sebelumnya didahului oleh tanda tanda pre eklampsia,
b.        Patofisiologis
Sama dengan pre eklampsia dengan akibat yang lebih serius pada organ-organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni terjadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.
c.         Gejala klinis
1)        Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas
2)        Tanda-tanda pre eklampsia ( hipertensi, edema dan proteinuria )
3)        Kejang-kejang dan/atau koma
4)        Kadang-kadang disertai gangguan fungsi organ
d.        Pemeriksaan dan diagnosis
1)        Berdasarkan gejala klinis
2)        Pemeriksaan laboratorium:
-       Adanya protein dalam urin
-       Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung
-       Fungsi hematologi atau hemostasis
e.         Penatalaksanaan
1)        Tujuan pengobatan :
-       Untuk menghentikan dan mencegah kejang
-       Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
-       Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
-       Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
2)        Penanganannya
-       Terapi medikamentosa sama seperti pengobatan pe eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital/thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan
-       Perawatan bersama : konsul bagian saraf, penyakit dalam atau jantung, mata, anestesi dan anak
-       Perawatan pada serangan kejang : dikamar isolasi yang cukup terang atau ICU
3)        Pengobatan obstetrik
-       Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan pervaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal
-       Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukaan seksio sesar.
-       Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan : penderita belum inpartu, fase laten, gawat janin.-       Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
2)        Penanganannya
-       Terapi medikamentosa sama seperti pengobatan pe eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka diberikan amobarbital/thiopental 3-5 mg/kgBB/IV perlahan-lahan
-       Perawatan bersama : konsul bagian saraf, penyakit dalam atau jantung, mata, anestesi dan anak
-       Perawatan pada serangan kejang : dikamar isolasi yang cukup terang atau ICU
3)        Pengobatan obstetrik
-       Apabila pada pemeriksaan, syarat-syarat untuk mengakhiri persalinan pervaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang minimal
-       Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi lalu diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukaan seksio sesar.

-       Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan : penderita belum inpartu, fase laten, gawat janin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar